Membangun Peradaban Membaca

Photo of author
Written By flpbali

“Mambangun Peradaban Membaca” saya kutip dari tajuk presentasi yang dibawakan oleh Ibu Oka Rusmini dalam Talkshow ‘Literasi Berbasis Budaya” yang diadakan di Ruang Taksu Gedung Dharma Negara Alaya pada Selasa, (18/11/2022). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka peningkatan indeks literasi masyarakat untuk kesejahteraan Kota Denpasar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Denpasar sekaligus Pengukuhan Bunda Literasi Kota Denpasar.

Menurut Ibu Oka, literasi/kemampuan berbahasa terbagi menjadi  yaitu reseptif dan ekspresif. Kemampuan reseptif berupa kemampuan untuk mendengarkan dan membaca, sedangkan kemampuan ekspresif berupa berbicara dan menulis.

Sayangnya, tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah bahkan termasuk dalam 10 negara dengan lingkat literasi terendah. Miris, ya. Tugas siapa untuk memperbaiki semua itu? Siapa yang harus bertanggung jawab?

Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 yang dilansir oleh antaranews, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara keseluruhan berada di angka 59,52 dengan durasi membaca 4-5 jam per minggu dan 4-5 buku per triwulan.

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Programme for International Student Assessment (PISA) diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains.

Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

“Merawat bahasa berarti ikut menjaga, memelihara, dan merawat kebudayaan.”

“Banyak membaca, tidak hanya memperkaya kosa-kata, tetapi juga membangun rasa, dan mengolah sistematika berpikir yang jernih.”

Budaya membaca bisa kita upayakan di mana saja, bahkan di jalan-jalan, di halte di mana orang bisa membaca sembari menunggu angkutan umum datang, di kafe, di kantor, di bandara, stasiun, dll.

Ada seorang penulis dan budayawan yang memiliki perpustakaan dengan ribuan buku koleksi di rumahnya. Buku-buku tersebut bahkan buku lawas yang tergolong sudah langka. Namun, meskipun beliau “gila” membaca, istri dan anak-anaknya justru “alergi” dengan buku. Tak ada yang perlu disalahkan, bukan? Yang perlu dilakukan adalah selalu mengusahakan agar orang terdekat kita menikmati waktu bersama buku.

Mengenalkan buku dan cinta membaca sedini mungkin, perlu ditanamkan dan ditekankan pada keluarga-keluarga di Indonesia. Meski tak menjamin kelak anak-anak yang sejak dini dikenalkan buku akan menjadi kutu buku, setidaknya literasi baca tulis mereka sudah lebih terasah dibanding yang tidak dikenalkan sama sekali.

Masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak kita. Ketika orangtua berhasil mendidik dan membentuk karakter mereka artinya adalah harapan cerah untuk Indonesia di masa yang akan datang. Tentu, bukan hanya keluarga saja yang penting. Disadari atau tidak, kita punya tanggung jawab untuk menciptakan budaya literasi dalam masyarakat.

Teorinya, ketika kita ingin budaya literasi mengakar dalam masyarakat, maka setiap anggota dalam keluarga punya tanggung jawab untuk berperan serta. Seperti halnya ketika kita ingin lingkungan kita baik, maka yang perlu dididik tidak hanya anak kita tetapi juga anak tetangga. Meski pada praktiknya, di era sekarang makin banyak orang yang individualis.

Semoga semangat Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2022 ini menjadi lecutan semangat bagi kita untuk membudayakan membaca, membangun peradaban membaca.

Semoga bermanfaat,

(ArMa)

Leave a Comment