Ada banyak cara kita menjadi humanis, salah satunya dengan puisi. Ngobrol Fun Puisi (Ngofi) dari FLP Bali tahun ini perdana dilaksanakan di Lapangan Renon sebelah barat. Pagi hari, Minggu, 7 Januari 2018, pukul 08.00 tepat, panitia sudah menyiapaka pelaksanaan dengan baik. Sesaat kemudian peserta ngofi mulai berdatangn. Tiga puluh menit kemudian, acara baru dimulai dengan antusiasme peserta yang sudah tidak sabar ingin segera menambah pengetahuan tentang puisi.
Bincang bincang mengenai puisi kali ini tetap istimewa meskipun tanpa secangkir kopi. Hal itu karena narasumber narasumber ngofi merupakan seorang sastrawan yang karyanya sudah pernah mengisi media masa-media masa lokal dan nasional. Di samping itu, karya beliau juga pernah mendapatkan beberapa penghargaa. Beliau ada Muda Wijaya. Pak Jaya, sapaannya, menceritakan pengalaman hingga proses kreatif dalam membuat puisi. Dalam beberapa kesempatan, Pak Jaya langsung mencontohkan bagaimana mengekspresikan rasa. Dalam mengekspresikan rasa, panca indra kita perlu diberi kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Menulis puisi yang baik membutuhkan pengalaman membaca dan perbendahaan diksi yang banyak. Dengan banyak membaca karya-karya penyair, kita dapat mengetahui beragam genre puisi. Upaya membaca banyak karya penyair ternama juga dapat mengetahui bagaimana suatu entitas dimaknai. Mengenai cinta misalnya, Sapardi Djoko Damono memaknai cinta dengan sederhana, sedangkan Amir Hamza, Chairil Anwar, dan penyair lain tidak demikian. Setelah dijelaskan mengenai penulisan puisi. Peserta dipersilakan memberikan respon berupa pertanyaan dan sharing pengalaman menulis puisi.
Selanjutnya, peserta harus menulis beberapa baris puisi sebagai metode latihan. Peserta diberi waktu 30 menit untuk menulis sebaik mungkin. Setelah peserta mengumpulkan hasil karyanya, saatnya Pak Jaya memberikan apresiasi terhadap karya-karya tersebut. Beberapa karya dinilai baik dan beberapa karya lainnya diberi masukan agar lebih baik. Di ujung waktu acara, Pak Jaya menentukan tiga puisi terbaik. Doorprize diberikan kepada peserta datang terawal, peserta yang bertanya, dan peserta dengan puisi terbaik. Acara kemudian ditutup dengan foto bersm.
Dari kegiatan ngofi ini, dicanangkan penerbitan antologi puisi yang bertemakan alam Bali. Tentunya kegiatan bincang sastra ini diharapkan dapat berkelanjutan sehingga menciptakan penulis-penulis berbakat. Di samping itu cita-cita FLP untuk meningkatkan daya literasi di Bali dapat terwujud dengan diadakan kegiatan semacam Ngofi ini.(R)