
merumahkan seluruh rasa dan bahasa
yang tertinggal di bagian kemarin sebuah masa
1.
tuhan menyaksikan pagelaran kembang api
seraya tersenyum, jagung bakar ia gerogoti
“ah, selalu tentang masehi,” ujarnya seraya ‘nyeruput kopi
bangun dari duduknya
ke istal kuda lantas memilih yang paling perkasa
“mari jalan-jalan sejenak. kita lihat manusia.”
malaikat membuka jalan
ia tertawa lalu berkata pada mereka
“bagikan musim sesuai jalurnya dan biarkan semesta yang menentukan di mana mereka tiba.”
2.
pancaroba meminang cahaya
harapan-harapan dingin mulai dihangatkan doa
langit penuh warna
sementara bumi riuh oleh pesta
3.
perputaran waktu membawaku ke abadmu
di mana sebuah rindu akhirnya bertemu
setelah sekian dasarian dipenuhi pagu
perihalmu: pemilik telapak kaki surgaku
4.
izinkan aku menulis satu paragraf:
… bahwa jumpa kita adalah rencana pemilik semesta. setelah apa-apa yang dirasa ialah halai-balainya jiwa. aku masih merasa dadaku lebih hangat dibanding air mata, meskipun di sisi lain canda tawamu tak pernah segetir ini, ma.
5.
menyerupa jam pasir
berita datang seperti ombak di pesisir
sebelum senja lingsir
dan malam menemu akhir
: habis di angka yang tepat dari sebuah lahir
6.
tentang cinta: lontar-lontar purba, diksi-diksi lama pun telah menuliskannya
kali ini berusia lima
tahun tersimpannya cerita
lilin-lilin aneka rupa
nyala hingga habis segenap cahaya
dipertungkuan satu tersisa
berisi keinginan yang dilaungkan asa
lalu lebur digerus sebuah nyata
7.
ayat-ayat hening:
telah rimpuh setiap apa-apa
sama jua isi dari doa-doa
lalu kita, tetap menjadi aku dan kamu di ruang berbeda
lalu mereka, hanya sekadar membaca apa yang tersaji di depan mata
8.
tuhan datang, memelukku tepat pada pukul 11:25
ia datang dari tenggara, lalu akan pulang setelahnya
aku suka aroma yang dibawa: segarnya pinus, bau citrus, bercampur vanilla yang datang bersama angin berembus
biar harum tubuhku, katanya
9.
setelah usai bercerita: perihal yang ada dan tiada, perihal pamit dan tiba, perihal segala yang ia resahkan di dada
menatap sisa-sisa perayaan ia berkata,
“fajar dan senja sedang berkisah lewat dongeng yang berbeda. semoga esok tak ada yang sia-sia.”
10.
sampai jumpa. sepertinya kita hampir sampai di penghujung yang entah harsa atau nestapa. namun, mari membuka mata, sebab tuhan tak pernah menjadikan apa pun sia-sia sekalipun hanya berupa sisa-sisa.
magenta langit tenggara
di sebuah pantai di pulau dewata
oktober hari kedua puluh tiga tahun berangka puluhan yang sama.
Oleh Rinjani Magenta